“Ketidaktahuan & Kebodohan”
Kebodohan dan ketidakpedulian akan menjadi hal yang baik bagi mereka yang menikmatinya (dalam jangka pendek tentunya), namun tidak demikian bagi mereka-mereka yang menderita karenanya, dimana peluang untuk kebaikan bersama justru terletak pada pengetahuan yang nyata atas keadaan diri kita masing-masing.
Kita lebih mudah menyangkal dan menolak kebenaran/kenyataan akan diri kita sendiri dikarenakan kita tidak ingin ilusi dan cerita tentang diri kita yang selama ini kita bangun dan terus-menerus katakan ke dunia harus berakhir dengan realita yang cenderung sebaliknya.
Terlalu banyak dari kita yang mengira bahwa apa yang tidak kita ketahui tidak akan menyakitkan bagi kita, yang diperkuat juga oleh peran social media saat ini dimana posisi ketidaktahuan menjadi sebuah pilihan, bukan lagi sekedar ketidaktahuan.
Orang yang bijak adalah orang yang tadinya bodoh karena ketidaktahuannya, namun kemudian belajar untuk mengenali ketidaktahuannya tersebut. Sebab pada akhirnya, sejatinya kebodohan itu bukanlah tentang ketiadaan pengetahuan akan sesuatu, melainkan penolakan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut ketika sudah diperlukan.
Maka pengetahuan yang sesungguhnya adalah diawali oleh keadaan pada saat kita akhirnya mengerti sejauh mana kebodohan yang kita miliki, dan apa-apa sajakah pengetahuan yang telah kita punyai. Apakah kita menjadi orang yang tahu bahwa kita tahu, orang yang tahu bahwa kita tidak tahu, orang yang tidak tahu bahwa kita tahu, atau orang yang tidak tahu bahwa kita tidak tahu? Terkecuali jika dia membawa tempe tapi dikira tahu. Sudah ga tau, ga mau tau, dikasih tau, eh malah sok tau…
Jika kita ingin terus bertumbuh, maka musuh yang bijak adalah lebih berharga dari pada kawan yang nyaman dalam kebodohan, yaitu yang menyibukkan diri dengan menyesali masa lalu, mengabaikan masa kini dan mengkhawatirkan masa depan.
(Jhody Arya Prabawa)
Salam NeoSentra!
Bersyukur?
Berdoa?
Bahagia?
Dan Teruslah Berkarya✊
#NeoSentra
0 Comments