Takut & Khawatir

b
j

by NeoSentra

}

Jun 4, 2017

“Takut & Khawatir”

Rasa takut dan khawatir yang seringkali kita alami, jika bisa dijinakkan, maka akan membawa kesadaran kita sepenuhnya hadir di saat ini (The Present Moment), namun sebaliknya, jika terlanjur menjadi begitu liar, maka akan selalu bisa menyeret kita ke masa depan yang belum tentu akan pernah terjadi, namun menyedot semua energi dari dalam diri.

Sebab, apapun yang sepertinya memberikan dan menjanjikan perlindungan dan angan-angan, tidak jarang semata-mata hanyalah bentuk lain dari upaya untuk memenjarakan, padahal kita sendiri saja adalah wujud dari sebuah kemerdekaan.

Maka sesungguhnya keberanian itu lahir bukan dari hilangnya segenap rasa takut dan khawatir, melainkan terbit karena dipahaminya rasa takut dan khawatir tersebut untuk membawa kita kepada kekinian dalam bentuk kesadaran dan kewaspadaan, dan bukan sebaliknya, kebingungan dan kelalaian.

Rasa takut dan khawatir juga penting bagi hidup kita agar kita senantiasa berhati-hati, namun yang cukup banyak terjadi malah kita terlumpuhkan hingga tidak lagi ada rasa berani untuk menyuarakan isi hati nurani kita sendiri, apalagi berbuat aksi yang membawa kontribusi.

Dan sebagai akibatnya, boleh jadi banyak diantara kita yang malahan hidup bersembunyi di balik ketakutannya, ketimbang hidup bergerak dan tumbuh bersama harapannya.

Ketahuilah bahwa ketakutan yang liar adalah pembunuh berantai yang paling sukses dalam membantai semua impian dan harapan di sepanjang semua paradaban.

Sewaktu kita masih kanak-kanak, ada masanya kita takut akan banyak hal menyeramkan di kamar kita ketika malam tiba, namun setelah beranjak dewasa, kita justru lupa bahwa semua ketakutan itu kini malah menjelma menjadi penghuni tetap jauh di dalam lorong-lorong pikiran kita, yang ternyata lebih menyeramkan ketimbang Sadako dan Kayako, maupun Mas Genderuwo.

Ironisnya, rasa takut dan khawatir itu sendiri sangat mungkin untuk kita manfaatkan sebagai alat untuk mengetahui apa saja yang sedang ditakuti oleh musuh-musuh kita, karena cara apapun yang mereka tengah gunakan untuk melumpuhkan kita biasanya adalah cerminan dan proyeksi dari rasa takut dan kekhawatiran mereka sendiri dalam wujud yang seolah-olah sebaliknya.

Dan satu hal lagi, ingat-ingatlah bahwa tiap kali ada rasa khawatir dan takut menyeruak di pikiran kita, maka itu artinya kita sedang akan melakukan sesuatu yang membutuhkan kehati-hatian dan kewaspadaan, atau dengan kata lain, kita sedang akan melakukan sesuatu yang memerlukan keberanian, yang boleh jadi itu artinya adalah sebuah kesempatan untuk mewujudkan harapan dan impian yang selama ini tengah kita perjuangkan.

Karena, pada saat kita takut akan ketinggian, sebetulnya kita hanyalah takut dan khawatir pada kemungkinan bahwa kita bisa saja terjatuh hingga cidera dan lalu mati.

Dan manakala kita sedang takut akan kegelapan, maka sesungguhnya kita sedang takut akan kemungkinan buruk apa saja yang bisa muncul dari kegelapan tersebut, yang bisa melukai hingga kita akhirnya mati.

Juga ketika kita begitu takut untuk membaur dengan orang banyak, maka biasanya kita sedang takut akan kemungkinan terjadinya penolakan dari mereka dan membuat kita malu dalam menjalani hari-hari berikutnya sehingga rasanya seperti mau mati saja.

Dan dari sebagian kecil contoh tersebut, itu semua menunjukkan bahwa salah satu sumber rasa takut dan kekhawatiran kita, selain dari pengalaman masa lalu yang belum tentu juga akan selalu berakhir pada ujung yang sama lagi, adalah karena kita terjebak pada berbagai kemungkinan yang terburuk, sehingga malah mengabaikan berbagai kemungkinan yang terbaiknya.

Arah fokus pikiran inilah yang akhirnya memberikan perbedaan fundamental antara para Pemenang dengan para Pecundang.

Maka, di dalam setiap intisari ketakutan, terdapat bibit yang sama bagi kita semua para manusia, yaitu ketakutan akan kematian yang dianggap sebagai bentuk dari keberakhiran dan kesirnaan serta kemelekatan.

Padahal selama ini semuanya sudah terang-benderang dan teramat-sangat jelas sekali, bahwa semua yang takut mati ya pastinya juga akan tetap mati, dan begitu pula mereka-mereka yang tidak takut mati, ya akan mati juga pada saat waktunya tiba.

Oleh karena itu, HIDUPKANLAH terus jiwa kita ini dan jangan hanya sekedar bertahan semata-mata untuk tidak mati sehari lagi, sebab mati itu sudah pasti menghampiri, sedangkan hidup ini masih tetap harus kita syukuri, agar tergali semua potensi diri, sehingga bisa menjadi bekal nanti, setelah kita akhirnya juga mati.

(Jhody Arya Prabawa)

Salam NeoSentra!

Bersyukur?

Berdoa?

Bahagia?

Dan Teruslah Berkarya✊

#NeoSentra

Get Insights!

Follow Us!

Related Posts

Elegi Wifi & Biji

Elegi Wifi & Biji

"Elegi Wifi & Biji" Wahai Tuhanku yang Maha Memelihara Ciptaan-Nya... Sayang sekali pohon ratusan tahun ini masih belum juga bisa memancarkan WIFI sebagaimana pohon-pohon lainnya di dunia nyata untuk melayani manusia mengarungi dunia maya......

read more
Vertikal – Horizontal

Vertikal – Horizontal

"Vertikal - Horizontal" Cinta amat suka menikmati pikirannya sendiri saja, yang membuat pikiran kita sendiri gagal dalam memahaminya… Dan manakala kita mendengar ungkapan soal cinta tanpa syarat, maka biasanya ungkapan itu justru malah dijadikan...

read more

Give Your Comment!

Feel free to express your opinion about this post, or simply share your relevant experience related to this post so we can all learn from each other.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Get Insights!

Get inspiring weekly insights from NeoSentra to light-up your life…

Subscribe To Our Newsletter!

Subscribe To Our Newsletter!

Join our mailing list to receive special programs and valuable insights, including actionable strategy for your life transformation process.

Thank You! We are sending you a confirmation link to your email, so check your inbox soon or your spam folder if it's not there.

Pin It on Pinterest