“Keputusan, Pelajaran & Kesalahan”
Semua yang bisa kita lakukan di masa kini, jelas sekali akan membuat perubahan pasti, antara menjadi apa kita nanti, dengan sudah jadi apa kita selama ini. Ingatlah bahwa kita tidak bisa memberi sesuatu yang belum kita miliki, dan menginjak lokasi yang memang belum pernah kita singgahi. Semua adalah proses untuk dijalani, sekaligus perjalanan untuk dinikmati. Jadi ini bukan melulu tentang membangun sesuatu yang baru, melainkan hijrah agar mampu memandang dari sudut yang baru, tanpa harus lagi tertipu mengharu-biru, oleh diri sendiri yang malas berguru dan hanya senang meniru tanpa banyak tahu, hingga merasa semua sudah dari dulu memang begitu, dan akan tetap selamanya seperti itu.
Tidak jarang kita salah kaprah saat menyikapi tindakan dan keputusan kita yang salah. Atas nama pembelajaran dan kiprah untuk bisa berubah, kita menganggap hal itu adalah lumrah dan bagus-bagus saja jika tidak dicegah. Malah kita cenderung jadi bertingkah dan berulah tanpa sedikit pun terlihat adanya rasa gundah. Kita memang tidak boleh kelewat resah ketika berbuat salah, tetapi bukan pula malah merasa tambah gagah, hingga kesalahannya makin berlimpah-ruah, dan selanjutnya jadi marah-marah tak tentu arah. Lalu kita pun membuat kisah seolah-olah kita adalah orang yang sangat tabah, padahal kita sendiri lah yang telah menciptakan semua masalah untuk kita sebut sebagai musibah. Setelahnya tinggal bilang bahwa kita adalah golongan orang-orang yang pasrah dan berserah.
Sudah semestinya kita jangan pernah mudah menyerah, apalagi ketika rasa takut berbuat salah itu terus membikin gelisah, sehingga kita menjadi kalah disaat masih belum lelah. Dan keadaan pun menjadi semakin parah. Terus ingatlah sejarah dan ingat-ingatlah terus sejarah. Belajarlah hingga kita harus rebah. Semua hal harus dilakukan sesuai ukuran dan penuh dengan perhatian serta kehati-hatian. Sebab fungsi dari adanya kesalahan adalah murni untuk pembelajaran, dan bukan untuk berbuat asal-asalan, serta dijadikan alat pembenaran, apalagi untuk sekedar cari perhatian, supaya orang punya alasan untuk menjadi kasihan. Kita bukanlah sebuah kesalahan kelahiran, apalagi salah penciptaan. Kita merupakan bagian dari perwujudan kesempurnaan kemahakuasaan dan kemahabijaksanaan Tuhan.
Yang paling menyedihkan, ketika kita tengah berupaya membantu orang yang sedang tenggelam, namun gagal meyakinkannya bahwa dia masih bisa terselamatkan, cukup dengan berhenti tiduran di dasar kolam, hingga ujung akhir nafasnya yang penghabisan, dan ternyata orang itu adalah kita sendiri sebagai insan. Sungguh terkadang kita begitu rentan. Menjalani kehidupan dengan berbagai persoalan, tanpa pernah cukup belajar dari kesalahan. Dan memandang itu semua bagaikan gurauan, yang sedikitpun tidak dijadikan pengalaman, apalagi pembelajaran. Hingga akhirnya semua harus melulu terulang, dan menjadi beban orang karena hidup kita yang konon katanya selalu malang, sampai saatnya kita harus dipanggil pulang, terbujur kaku hingga malang-melintang.
Ingatlah selalu bahwa kita bukanlah korban. Kita adalah bagian dari keajaiban ciptaan Tuhan. Kita adalah anugerah bagi kehidupan. Untuk itu marilah kita bersama tunjukkan, bahwa kita bukanlah sebuah kerusakan. Buktikan dengan penuh kerendahan, hadirkan manfaat untuk kemaslahatan. Jalin kerukunan dan kekuatan dari kebersamaan. Bangun peradaban tanpa harus ketakutan. Sebab ketakutan hanya akan membuahkan kebencian, dan kebencian akan berujung pada kehancuran. Sedangkan harapan akan melahirkan kecintaan, dan kecintaan akan berakhir pada kebangkitan. Pencerahan adalah tentang Ketuhanan dan Ketuhanan adalah jantung keagamaan, dan bukan sebaliknya, malah jadi alat penggelapan. Ayo kita pancarkan sinar terang agar terbuka semua jalan menuju hidup yang berkesadaran…
(Jhody Arya Prabawa)
Salam NeoSentra!
Bersyukur?
Berdoa?
Bahagia?
Dan Teruslah Berkarya✊
#NeoSentra
0 Comments