“Kedewasaan, Pikiran & Tindakan”
Seringkali berbagai masalah mendatangi kita dikarenakan kita langsung bertindak tanpa berpikir atau sebaliknya, kita terus-menerus berpikir tanpa pernah bertindak. Padahal, kedewasaan kita juga bisa didasarkan pada adanya keseimbangan antara keberanian untuk mengambil tindakan, dan dengan diiringi oleh kemampuan untuk mempertimbangkannya secara matang.
Begitu juga dengan kebiasaan kita dalam menilai keadaan orang lain. Biasanya, jika kita hanya memilik palu, maka tentunya kita akan cenderung melihat berbagai keadaan sebagai paku semata yang harus selalu dipukul rata. Nyatanya, menilai keadaan orang lain hanya akan mencerminkan siapa diri kita, dan bukan siapa mereka yang sesungguhnya. Sebab, semua orang jelas punya ceritanya sendiri, dan kebenarannya mungkin akan mengejutkan bagi kita.
Menebak-nebak siapa yang pantas masuk neraka tidak akan pernah bisa menjadi tiket kita masuk ke surga, sebagaimana menganggap orang lain penuh dosa pun tidak akan pernah melahirkan pahala bagi hidup kita. Menilai orang lain sebagai hina juga tidak akan pernah membuat kita jadi mulia. Sebab dalam prosesnya, kita baru saja menunjukkan kebiasaan buruk kita sendiri sambil merasa itu semua keren sekali.
Dan begitu pula sebaliknya, pendapat orang lain tentang kita tidak serta-merta akan bisa merubah fakta apapun yang sebenarnya. Namun manfaatkan saja semua hal tersebut untuk perbaikan jiwa kita juga. Sebab, kita perlu mengambil manfaat dari orang yang sudah mau meluangkan waktu dan pikirannya atas hidup kita, yang bahkan kita sendiri tidak menyadari keberadaannya, terkecuali jika ternyata kita sendiri memang serupa dengannya.
Ingatlah bahwa setiap jiwa bagaikan samudera yang tidak mungkin bisa kita pahami dan mengerti hanya dengan mengarungi permukaannya saja sesekali. Tentunya kita tidak ingin memukuli semua penjual kecapi hanya karena termakan beberapa buahnya yang sudah tidak sedap lagi. Dan jelas bahwa sesering apapun kita meniup mati nyala lilin orang lain, tetap tidak akan pernah bisa membuat tambah terangnya kita punya lilin.
Sebab boleh jadi ketika kita tengah sibuk menilai keadaan orang lain, sebetulnya kita sendirilah yang sedang tidak nyaman dengan keadaan kita, dan memerlukan orang lain untuk mengalihkannya. Itulah kenapa acara gosip selalu banyak diminati, karena kita bisa terhibur dan terobati melalui berita-berita aib para selebriti, yang seolah-olah telah membuat kita merasa begitu suci, dan setelahnya mungkin menjadikan kita lebih percaya diri lagi, untuk menghadapi tetangga kanan-kiri, serta demi mengambil hati orang-orang yang menjadi kantung pundi-pundi.
Untuk itu, mari kita sibukkan diri dengan mempelajari masalah kita sehari-hari, agar diwaktu kemudian nanti, kita bisa terus berbenah diri, menuju kedewasaan yang mumpuni. Semua kunci selalu dibuat dengan anak kuncinya, jadi semua masalah pasti akan selalu ada solusinya. Yang penting, jangan kita gunakan orang lain untuk pelampiasan, tapi jadikan mereka sebagai inspirasi kedamaian.
Masalah hidup layaknya bisnis cucian kotor, jangan sampai ongkos menjadi tekor karena kelamaan main kalkulator hingga telat disetor dan jadwalnyapun menjadi molor. Contohnya cucian seragam yang secara berkala harus disikat dan direndam, untuk kemudian dijemur dan disetrika, supaya makin sedap dipandang mata, dan bukan jadi bikin sakit kepala.
Jadi jangan pernah khawatir dengan tarian dan dinamika kehidupan, karena penderitaan bisa menjadi kekuatan, kesalahan akan menambah pengetahuan, dan pengalaman mengubah kebijaksanaan. Itulah selayang pandang tentang permainan. Semoga kita semua bisa lebih tenang…
(Jhody Arya Prabawa)
Salam NeoSentra!
Bersyukur?
Berdoa?
Bahagia?
Dan Teruslah Berkarya✊
#NeoSentra
0 Comments